Konsep demokrasi elektronik bukan hal baru karena telah berjalan dalam ilmu sosial dengan luar biasa dengan menilik awal tahun 1970an ketika ahli teori normatif demokrasi menganggap teknologi baru seperti telepon dan jaringan komputer sebagai alat demokrasi. Optimisme siber ini didorong oleh difusi jaringan komputer sebagai alat komunikasi yang pada saat itu utamanya digunakan oleh para peneliti untuk mengkomunikasikan dan berbagai hasil penelitian mereka.
Perdebatan kontemporer mengenai demokrasi elektronik didorong oleh fakta bahwa jaringan komputer mempunyai telah dewasa dalam hal teknologi. Dibandingkan dengan media masa tradisional, internet telah menjadi media jaringan yang memungkinkan komunikasi masa terdesentralisasi dan interaktif dengan biaya yang cukup murah. Namun, kebanyakan pakar politik masih skeptis tentang klaim ini dan masih menganggap bahwa e-demokrasi hanyalah domain para penggiat teknologi. Hans Kleinsteuber dan Martin Hagen merasa demokrasi elektronik menjadi sebuah perkembangan sekuler yang akan dibatasi pada sistem politik Amerika selagi menanggalkan banyak demokrasi terbangun yang tidak tersentuh.
DEMOKRASI ELEKTRONIK
Bagian awal artikel ini membahas pemetaan wacana mengenai demokrasi elektronik untuk melukiskan kerangkan penelitian empiris komparatif. Analisa teoretis ini harus mengaitkan fakta bahwa demokrasi elektronik merupakan sebuah konsep samar dan multidimensi yang tidak memberikan kerangka koheren untuk penelitian komparatif yang fokus.
Artikel ini juga membahas dimensi teoretis yang menggambarkan satu segmen penting dari wacana yang lebih besar mengenai konsep ini. Analisa komparatif mengenai penggunaan situs parlementer personal untuk menguji hipotesis bahwa demokrasi elektronik akan menjadi perkembangan sekuler di dunia politik Amerika.
Bagian selanjutnya membahas temuan analisa untuk menentukan hubungan antara jaringan komputer, konteks politik, dan representasi politik. Pembahasan ini harus berkaitan dengan fakta bahwa kebanyakan ahli teori dalam demokrasi elektronik menekankan makrolevel analisa politis. Oleh karena itu, ahli teori tersebut hanya mengungkap sedikit mengenai detail politik dalam demokrasi elektronik. Mereka mengalami determinasi berlebih dan gagal untuk mengenali peranan dari aktor-aktor sosial dan juga peranan variabel ketiga yang mereka gunakan. Bagian ini juga membahas hasil dari analisa komparatif perspektif ini. Analisa ini berupaya untuk menggunakan perspektif ini untuk menghasilkan penjelasan berkaitan dengan janji dan batasan jaringan komputer untuk demokrasi representatif.
Para teoretikus normatif demokrasi telah menjadi inisiator dalam perkembagan teknologi media dan memikirkan relefansinya dengan susunan sosial dan politik. Dalam perspektif mereka, media digital baru seperti telepon dan jaringan komputer bisa berfungsi sebagai alat untuk bentuk yang lebih partisipatif dalam demokrasi. Analisa formatif tersebut merujuk pada dimensi demokrasi teoretis yang esensial untuk mendefinisikan gagasan demokrasi partisipatif dengan cara yang lebih spesifik: yakni, dimensi yurisdiksi, dimensi keputusan, dan dimensi representasi.
Dimensi yurisdiksi didasarkan pada pertanyaan apakah keputusan harus diambil secara kolektif atau apakah diambil oleh aktor sosial yang otonom.
Dimensi keputusan menanyakan jenis pengambilan keputusan. Sebuah model normatif dari demokrasi langsung mengemukakan bahwa warga negara yang menjadi subjek pengambilan keputusan otoritatif harus bisa mempunyai suara dalam keputusan yang mempengaruhi mereka.
Dimensi representasi fokus pada hubungan antara representasi politik dan konstituen. Dimensi ini menekankan sebuah model representasi normatif yang melihat representasi politis sebagai utusan konstituen yang menjalankan aspirasi kebijakan konstituen dan siapa yang harus dianggap akuntabel untuk pilihan kebijakan mereka.
—
Potongan artikel ini diterjemahkan oleh Dian Translation. SilakanĀ hubungi kamiĀ jika ingin menerjemahkan dokumen Anda.
Leave a Reply